Minggu, 01 Juli 2012

nuansa ujian di china


Nuansa menjelang ujian
                Tiongkok mengecarkan dunia persilatan, negeri yang kemajuannya sangat pesat ini pada bulan juni para siswa dan mahasiswanya sedang menghadapi ujian semester, ujian nasional, ujian akhir sekolah dan lain-lain. Para siswa dan mahasiswa pun menyambut antusias dan menyibukkan diri untuk mempersiapkan ujian ini. Ujian sangat berarti bagi mereka, ujian menentukan kehidupan selanjutnya.
                Nilai dalam ujian sangatlah penting , mereka tidak hanya menargetkan lulus saja, akan tetapi mereka juga menargetkan nilai yang tinggi. nilai yang tinggi juga adalah sebuah hadiah bagi keluarga mereka, nilai yang tinggi juga menentukan kemampuan seorang siswa, walaupun dalam softskill  (kehidupan nyata)mereka kurang paham untuk mempraktekannya.
                Dalam pelaksanaan ujian, lingkungan sekitar ruang ujian sangat tenang, tidak ada suara kendaraan, teriakan orang, lebih-lebih suara dering hand phone.di luar ruangan polisi setempat di kerakan untuk member garis polisi di area ujian, misalkan jalur lalu lintas, seluruh kendaraan di wajibkan untuk memutar untuk meliwati jalan sekolah. Pengawasan sangatlah ketat. Oleh sebab itu ujian adalah beban bagi seluruh siswa.
kondisi perpustakaan menjelang ujian.
                Nuansa yang sangat menegangkan ini membuat para siswa dan mahasiswa sangat gugup dan tegang menghadapi ujian ini. Nuansa ini bisa dirasakan di sekitar sekolah, seluruh tempat yang memiliki penyinaran yang terang dijadikan tempat belajar. Tidak peduli itu di lapangan sepak bola, taman sekolah, depan kantor administrasi sekolah dll. Sedangkan tempat perbelanjaan, mall,  dan departemen store sangat sepi dari mahasiswa dan juga siswa, bisa dibilang hampir tidak ada.
                Nuansa menjelang ujian juga dirasakan oleh orang-orang  yang bukan siswa dan mahasiswa, kenapa demikian? Ini disebabkan keadaan di sekitar juga membantu para mahasiswa dan siswa dalam menghadapi ujian, misal : di dalam kendaraan umum (bus) menayangkan berita tentang info bagaimana dan apa yang perlu di siapkan ketika ujian.
                Hal inilah yang menjadi  salah satu komponen kemajuan negri  tirai bambu ini. Salah satu Kemajuan  negara dipegang oleh pendidikan yang bagus. 

Selasa, 24 April 2012

bahaya radiasi handphone







"radiasi handphone" salah satu hal yang kita lupakan, masalah yang sangat kecil, tiap hari sudah menjadi kebiasaan aktivitas kita. hal yang  kecil ini akan berbuah menjadi masalah yang sangat besar seperti tumor otak dan juga kanker.

anak-anak penerus tanah airkita dari usia 6 tahun sudah mengenal hanphone.
Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih, dewasa ini penggunaan Hand Phone (HP) meningkat pesat. Pada masyarakat modern, HP sudah menjadi sebuah kebutuhan primer. Padahal penggunaan HP itu sendiri ternyata menimbulkan radiasi yang cukup berbahaya bagi kesehatan. Karena pada HP terdapat transmitter yang mengubah suara menjadi gelombang sinusoidal kontinu yang kemudian dipancarkan keluar melalui antenna dan gelombang ini berfluktuasi melalui udara. Gelombang RF(radio frequency) inilah yang menimbulkan radiasi elektromagnetik.

Diketahui, radiasi elektromagnetik terdiri dari gelombang elektrik dan energi magnetik dengan kecepatan cahaya. Semua energi elektromagnetik jatuh pada spectrum elektromagnetik, yang rangenya dari radiasi ELF(extremly low frequency) sampai sinar X dan sinar Gamma. Ketika orang menelpon, HPnya diletakkan dekat kepala. Pada posisi ini, peluang radiasi dari HP diserap oleh jaringan tubuh sangat besar. Yang sering diperdebatkan sekarang adalah seberapa besar radiasi tersebut berbahaya & apakah ada efek jangka panjang bagi kesehatan?

Para peneliti dari institusi kesehatan menyatakan bahwa radiasi dari penggunan HP tidak berbahaya. Tetapi, radiasi HP tersebut, yang tergolong gelombang RF, tidak cukup berbahaya. Tapi bukan berarti kemungkinan adanya efek samping tidak ada. Radiasi RF pada level tinggi dapat merusak jaringan tubuh. Radiasi RF punya kemampuan untuk memanaskan jaringan tubuh seperti oven microwave memanaskan makanan. Dan radiasi tersebut dapat merusak jaringan tubuh, karena tubuh kita tidak diperlengkapi untuk mengantisipasi sejumlah panas berlebih akibat radiasi RF. Penelitian lain menunjukkan radiasi non-ionisasi (termasuk gelombang RF) menimbulkan efek jangka panjang.

Radiasi HP juga sangat berpotensi menimbulkan penyakit kanker, tumor otak, alzheimer, parkinson, fatigue (terlalu capai), dan sakit kepala. Walau dari hasil penelitian yang dilakukan para ahli, sebagian ada yang menyabutkan, kalau radiasi HP dapat menyebabkan kanker dan kelainan. Namun, ada yang menyatakan bahwa radiasi HP tidak berhubungan dengan kanker. Terlepas dari mana yang benar atau salah tentu kita sebaiknya perlu untuk bersikap waspada dan mengantisipasi.

Sebagai solusi untuk menghindari terjadinya resiko efek radiasi, ada baiknya para pengguna HP dapat memperhatikan beberapa hal:
* Menggunakan hand-free headset,
* Menggunakan HP antennanya sejauh mungkin dari tubuh,
* Jauhkan antenna selama pemakaian
* Kurangi menelpon menggunakan HP dalam gedung
* Mempergunakan HP di ruangan terbuka sesering mungkin
* Kurangi pemakaian untuk anak-anak

Dengan mengetahui resiko dari efek radiasi HP, maka kita jangan lagi meremehkan resiko dari radiasi HP ini karena akibatnya bisa fatal bagi organ tubuh kita. Sedapat mungkin, kita dapat menjauhakn HP dari Anda saat Anda tidak sedang memakainya.

Jangan terlalu sering meletakkan HP dekat dengan ginjal , jantung, dan dikantung celana Anda karena ini bisa merusak ginjal, jantung, dan sistem reproduksi Anda! Juga jangan meletakkan HP dekat dengan Anda ketika tidur. Jauhkan juga barang-barang elektronik lainnya (radio, televisi, laptop) dari tempat Anda tidur karena radiasi dari barang-barang elektronik tersebut bisa membahayakan kesehatan Anda dalam jangka panjang. Radiasi yang ada mengganggu proses produksi hormone oleh tubuh kita pada saat kita tidur.

Setelah mengetahui begitu besarnya bahaya yang mengancam tubuh kita, maka mulai sekarang kita harus bisa mengontrol diri saat menggunakan HP. Hal itu sangat penting kita lakukan demi kesehatan tubuh kita. Karena kehatan itu sangat mahal harganya dari sebuah HP dengan falitas multimedia dan fitur yang disajikan.
  di ambil dari web http://kulinet.com

Jumat, 09 Maret 2012

绕口令 permainan lidah

raokouling tepatnya, roukouling adalah mata kuliah di kampus huaqiao, ketika memasuki kelas raokoulin ini, kami mahasiswa indonesia membutuhkan minuman mineral yang sangat banyak, dikarenakan dalam mata kuliah raokouling ini mengharuskan lidah dan mulut kita untuk exstra aktif sehingga membuat tengorokan dan mulut terasa kering.
raokouling adalah permainan huruf yang mempunyai pelafatan yang sama tapi mempunyai nada dan arti yang berbeda, raokouling sangat kami(mahasiswa indonesia) butuhkan, dikarenakan lidah kami masih bernuansa indonesiawi(apa lagi seperti admin ini, yang asli madurawi).
pelajaran pada bab 4 ini, kami akan mengulas sedikit tentang raokouling. selamat mempelajari

声母
  b-p:补破皮褥子不如不补破皮褥子(《补皮褥子》)
  b-p:吃葡萄不吐葡萄皮儿,不吃葡萄倒吐葡萄皮儿(《葡萄皮儿》)
  b-p:八百标兵奔北坡,北坡炮兵并排跑,炮兵怕把标兵碰,标兵怕碰炮兵炮。(《八百标兵》)
  d:会炖我的炖冻豆腐,来炖我的炖冻豆腐,不会炖我的炖冻豆腐,就别炖我的炖冻豆腐。要是混充会炖我的炖冻豆腐,炖坏了我的炖冻豆腐,那就吃不成我的炖冻豆腐(《炖冻豆腐》)。
  l:六十六岁刘老六,修了六十六座走马楼,楼上摆了六十六瓶苏合油,门前栽了六十六棵垂杨柳,柳上拴了六十六个大马猴。忽然一阵狂风起,吹倒了六十六座走马楼,打翻了六十六瓶苏合油,压倒了六十六棵垂杨柳,吓跑了六十六个大马猴,气死了六十六岁刘老六(《六十六岁刘老六》)。
  d-t:大兔子,大肚子,大肚子的大兔子,要咬大兔子的大肚子(《大兔子和大肚子》)。
  n-l:门口有四辆四轮大马车,你爱拉哪两辆来拉哪两辆(《四辆四轮大马车》)。
  h:华华有两朵黄花,红红有两朵红花。华华要红花,红红要黄花。华华送给红红一朵黄花,红红送给华华一朵红花(《华华和红红》)。
  jqx:七巷一个漆匠,西巷一个锡匠,七巷漆匠偷了西巷锡匠的锡,西巷锡匠偷了七巷漆匠的漆。(《漆匠和锡匠》)。
  g-k:哥挎瓜筐过宽沟,快过宽沟看怪狗。光看怪狗瓜筐扣,瓜滚筐空哥怪狗(《哥挎瓜筐过宽沟》)。
  h-f:一堆粪,一堆灰,灰混粪,粪混灰(《一堆粪》)。
  z-zh:隔着窗户撕字纸,一次撕下横字纸,一次撕下竖字纸,是字纸撕字纸,不是字纸,不要胡乱撕一地纸(《撕字纸》)。 s-sh三山撑四水,四水绕三山,三山四水春常在,四水三山四时春(《三山撑四水》)。
  zcs-jx司机买雌鸡,仔细看雌鸡,四只小雌鸡,叽叽好欢喜,司机笑嘻嘻(《司机买雌鸡》)。
  zhchsh:大车拉小车,小车拉小石头,石头掉下来,砸了小脚指头(《大车拉小车》)。
  r:夏日无日日亦热,冬日有日日亦寒,春日日出天渐暖,晒衣晒被晒褥单,秋日天高复云淡,遥看红日迫西山(《说日》)。
  sh、四声:石室诗士施史,嗜狮,誓食十狮,氏时时适市,氏视十狮,恃矢势,使是十狮逝世,氏拾是十狮尸,适石室,石室湿,氏使侍拭石室,石室拭,氏始试食十狮尸,食时,始识十狮尸实是十石狮尸,试释是事实(《施氏食狮史》)。
韵母
  a:门前有八匹大伊犁马,你爱拉哪匹马拉哪匹马(《伊犁马》)。
  e:坡上立着一只鹅,坡下就是一条河。宽宽的河,肥肥的鹅,鹅要过河,河要渡鹅。不知是鹅过河,还是河渡鹅(《鹅》)。
  i:一二三,三二一,一二三四五六七。七个阿姨来摘果,七个花篮儿手中提。七棵树上结七样儿,苹果、桃儿、石榴、柿子,李子、栗子、梨(《七棵树上结七样儿》)。
  u:鼓上画只虎,破了拿布补。不知布补鼓,还是布补虎(《鼓上画只虎》)。
  i-ü:这天天下雨,体育局穿绿雨衣的女小吕,去找穿绿运动衣的女老李。穿绿雨衣的女小吕,没找到穿绿运动衣的女老李,穿绿运动衣的女老李,也没见着穿绿雨衣的女小吕(《女小吕和女老李》)
  er:要说专说”/马尔代夫,喀布尔/阿尔巴尼亚,扎伊尔/卡塔尔,尼伯尔/贝尔格莱德,安道尔/萨尔瓦多,伯尔尼/利伯维尔,班珠尔/厄瓜多尔,塞舌尔/哈密尔顿,尼日尔/圣彼埃尔,巴斯特尔/塞内加尔的达喀尔,阿尔及利亚的阿尔及尔
  -i(前):一个大嫂子,一个大小子。大嫂子跟大小子比包饺子,看是大嫂子包的饺子好,还是大小子包的饺子好,再看大嫂子包的饺子少,还是大小子包的饺子少。大嫂子包的饺子又小又好又不少,大小子包的饺子又小又少又不好(《大嫂子和大小子》)。
  -i(后):知之为知之,不知为不知,不以不知为知之,不以知之为不知,唯此才能求真知(《知之为知之》)。
  ai:买白菜,搭海带,不买海带就别买大白菜。买卖改,不搭卖,不买海带也能买到大白菜(《白菜和海带》)。
  ei:贝贝飞纸飞机,菲菲要贝贝的纸飞机,贝贝不给菲菲自己的纸飞机,贝贝教菲菲自己做能飞的纸飞机(《贝贝和菲菲》)。
  ai-ei:大妹和小妹,一起去收麦。大妹割大麦,小妹割小麦。大妹帮小妹挑小麦,小妹帮大妹挑大麦。大妹小妹收完麦,噼噼啪啪齐打麦(《大妹和小妹》)。
  ao:隔着墙头扔草帽,也不知草帽套老头儿,也不知老头儿套草帽(《扔草帽》)。
  ou:忽听门外人咬狗,拿起门来开开手;拾起狗来打砖头,又被砖头咬了手;从来不说颠倒话,口袋驮着骡子走(《忽听门外人咬狗》)。
  an:出前门,往正南,有个面铺面冲南,门口挂着蓝布棉门帘。摘了它的蓝布棉门帘,面铺面冲南,给他挂上蓝布棉门帘,面铺还是面冲南(《蓝布棉门帘》)。
  en:小陈去卖针,小沈去卖盆。俩人挑着担,一起出了门。小陈喊卖针,小沈喊卖盆。也不知是谁卖针,也不知是谁卖盆(《小陈和小沈》)。
  ang:海水长,长长长,长长长消(《海水长》)。
  eng:郑政捧着盏台灯,彭澎扛着架屏风,彭澎让郑政扛屏风,郑政让彭澎捧台灯(《台灯和屏风》)。
  ang—an张康当董事长,詹丹当厂长,张康帮助詹丹,詹丹帮助张康(《张康和詹丹》)。
  eng—en陈庄程庄都有城,陈庄城通程庄城。陈庄城和程庄城,两庄城墙都有门。陈庄城进程庄人,陈庄人进程庄城。请问陈程两庄城,两庄城门都进人,哪个城进陈庄人,程庄人进哪个城?(《陈庄城和程庄城》)
  ang—eng:长城长,城墙长,长长长城长城墙,城墙长长城长长(《长城长》)。
  ia:天上飘着一片霞,水上飘着一群鸭。霞是五彩霞,鸭是麻花鸭。麻花鸭游进五彩霞,五彩霞挽住麻花鸭。乐坏了鸭,拍碎了霞,分不清是鸭还是霞(《鸭和霞》)。
  ie:姐姐借刀切茄子,去把儿去叶儿斜切丝,切好茄子烧茄子,炒茄子、蒸茄子,还有一碗焖茄子(《茄子》)。
  iao水上漂着一只表,表上落着一只鸟。鸟看表,表瞪鸟,鸟不认识表,表也不认识鸟(《鸟看表》)。
  iou:一葫芦酒,九两六。一葫芦油,六两九。六两九的油,要换九两六的酒,九两六的酒,不换六两九的油(《酒换油》)
  ian:半边莲,莲半边,半边莲长在山涧边。半边天路过山涧边,发现这片半边莲。半边天拿来一把镰,割了半筐半边莲。半筐半边莲,送给边防连(《半边莲》)。
  in:你也勤来我也勤,生产同心土变金。工人农民亲兄弟,心心相印团结紧(《土变金》)。
  iang:杨家养了一只羊,蒋家修了一道墙。杨家的羊撞倒了蒋家的墙,蒋家的墙压死了杨家的羊。杨家要蒋家赔杨家的羊,蒋家要杨家赔蒋家的墙(《杨家养了一只羊》)。
  ing:天上七颗星,树上七只鹰,梁上七个钉,台上七盏灯。拿扇扇了灯,用手拔了钉,举枪打了鹰,乌云盖了星(《天上七颗星》)。
  ua:一个胖娃娃,画了三个大花活蛤蟆;三个胖娃娃,画不出一个大花活蛤蟆。画不出一个大花活蛤蟆的三个胖娃娃,真不如画了三个大花活蛤蟆的一个胖娃娃。(《画蛤蟆帽》)。
  uoo):狼打柴,狗烧火,猫儿上炕捏窝窝,雀儿飞来蒸饽饽(《狼打柴狗烧火》)。
  uai:槐树槐,槐树槐,槐树底下搭戏台,人家的姑娘都来了,我家的姑娘还不来。说着说着就来了,骑着驴,打着伞,歪着脑袋上戏台(《槐树槐》)。
  uei:威威、伟伟和卫卫,拿着水杯去接水。威威让伟伟,伟伟让卫卫,卫卫让威威,没人先接水。一二三,排好队,一个一个来接水(《接水)。
  uang:王庄卖筐,匡庄卖网,王庄卖筐不卖网,匡庄卖网不卖筐,你要买筐别去匡庄去王庄,你要买网别去王庄去匡庄(《王庄和匡庄》)。
  ueng:老翁卖酒老翁买,老翁买酒老翁卖(《老翁和老翁》)。
  ong:冲冲栽了十畦葱,松松栽了十棵松。冲冲说栽松不如栽葱,松松说栽葱不如栽松。是栽松不如栽葱,还是栽葱不如栽松?(《栽葱和栽松》)
  uan—uang:那边划来一艘船,这边漂去一张床,船床河中互相撞,不知船撞床,还是床撞船(《船和床》)。
  uan—an:大帆船,小帆船,竖起桅杆撑起船。风吹帆,帆引船,帆船顺风转海湾(《帆船》)。
  uen—en孙伦打靶真叫准,半蹲射击特别神,本是半路出家人,摸爬滚打练成神(《孙伦打靶》)。
  üe:真绝,真绝,真叫绝,皓月当空下大雪,麻雀游泳不飞跃,鹊巢鸠占鹊喜悦(《真绝》)。
  ün:军车运来一堆裙,一色军用绿色裙。军训女生一大群,换下花裙换绿裙(《换裙子》)。
  üan:圆圈圆,圈圆圈,圆圆娟娟画圆圈。娟娟画的圈连圈,圆圆画的圈套圈。娟娟圆圆比圆圈,看看谁的圆圈圆(《画圆圈》)。
  iong:小涌勇敢学游泳,勇敢游泳是英雄(《学游泳)

Sabtu, 03 Maret 2012

HUAQIAO UNIVERSITY OF XIAMEN

kampus huaqiao adalah universitas yang berada di tiongkok  fujian xiamen jimei.  kampus ini memiliki mahasiswa manca negara terbanyak di jimei, dikarenakan universitas huaqiao memiliki pengajaran bahasa mandarin yang baik, dan memadai. di huaqiao bahasa mandarin mahasiswa luar negri perkembangaannya sangat pesat, setiap mahasiswa luar negri di berikan satu teman tiongkok, dengan begitu mereka bisa belajar bersama, makan bersama, dan juga olah raga bersama.
 di luar kelas mahasiswa dapat memilih extra kulikuler yang berupa budaya tiongkok, seperti taiqi,wushu, seruling, kaligrafi dan lain-lainya.
info lebih lanjut mengenai biaya dan prosedur universitas bisa mengunjungi website http://hwxy.hqu.edu.cn/

Senin, 16 Januari 2012

alat musik tiongkok


macam-macam alat musik tradisional tiongkok
Mengingat tiongkok adalah salah satu dari 4 negara yang memiliki peradaban tertua di dunia, tidak bisa dipungkiri lagi kebudayaan dan alat seni musiknya juga bermacam-macam, mulai dari ujung barat sampai  ujung timur, dari ujung selatan sampai bagian utara.
hulusi dan juga tempatnya yang antik
orang-orang pengemar hulusi
             >_<   Alat music tradisional masyarakat tiongkok bermacam-macam, mulai dari hulusi(葫芦丝). Alat music ini berasal dari yunna(云南), alat music ini menyerupai seruling yang memiliki pentolan di depan alat tiupnya, pentolannya menyerupai  tempat arak  pasca merdeka(1949). alat music ini juga tidak ditiup dalam posisi miring kesamping, akan tetapi ditiup dalam posisi lurus kedepan.
                Music yang dihasilkan hulusi ini sangat ciri khas sekali, nada music hulusi mengambarkan suasana kota Yunnan yang indah dan tentram. Harga alat music yang berasal dari yunnan ini bermacam-macam mulai dari 100 yuan(sekitar 150.000 rupiah) sampai 300 yuan, apabila kita membeli di tempat alat music ini lahir, kita akan memperoleh harga lebih murah dibandingkan dengan harga di luar Yunnan.
               >_<  Alat music tiongkok yang lain juga tidak kalah uniknya, alat music itu bernama pipa(琵琶). gambar di bawah ini adalah bentuk dari alat musik pipa ini, kebanyakan pemain alat musik ini adalah wanita.

>_< alat musik yang tidak kalah uniknya adalah suona(唢呐),alat ini bernada seperti kicauan burung. alat ini menyerupai terompet pada umumnya, akan tetapi memiliki bentuk yang berbeda, bentuknya seperti gambar di bawah ini:






>_<  alat musik berikutnya adalah erhu(二胡), alat ini menyerupai biola untuk cara bermainya.


















>_< alat musik yang telah memikat hati, telah memikat orang yang mendengarkan, dan menarik hati untuk melihat siapakah orang yang sedang memainkan alat musik indah nan bagus itu(walaupun pemainnya jelek), ya alat musik itu bernama guzheng(古筝)。gambaran dan bentuk alat musik ini bisa didefinisikan setelah melihat gambar di bawah ini:

apa seperti ini siapa yang gak mau lihat?
>_< alat musik berikutnya diberi nama dengan sebutan yang qing(扬琴), gambar bisa di lihat di bawah ini:










>_< alat musik yang melatih kekompakan dan juga kebersamaan adalah alat traditional yang bernama gu(鼓), gu sendiri memiliki makna "genderang". alat musik ini memang menyerupai gendang pada umumnya, akan tetapi alat musik ini dimainkan secara bersamaan dan serempak. alat musik ini dimainkan untuk pembukaan suatu acara, dan juga pada bulan-bulan tertentu. macam tabuhan gendang "gu" ini ada yang bernama chunjie(春节) atau imlek. kebetulah aku termasuk dalam tim gu sekolah, jadi dengan mengikuti salah satu budaya musik tiongkok ini, saya juga memiliki teman untuk sharing masalah musik.



》_《 alat selanjutnya adalah alat musik yang di gunakan biksu sebagai alat peribadahan mereka, alat ini disebut muyu (木鱼)。








》_《  tiongkok memiliki sifat ATM yang sangat bagus, alat musik ini sama dengan seruling pada umumnya, tapi seruling ini memiliki keunikan sendiri, lebih panjang dari seruling biasanya, lubangnya juga lebih banyak, seruling ini dinamai dengan dizi(笛子)























Minggu, 25 Desember 2011

lan fang berpulang

AKU menekukkan punggung seperti panda yang malas bergerak. Angin menggasak dada. Dingin menghajar kulit. Kunaikkan retsliting jaket tipisku, agak macet. Jaketku tampak tua, pudar dan lepek. Warna birunya sudah tidak sempurna seperti tarikan retslitingku yang tersendat-sendat.
Dengan kesal, kutarik retsliting jaket sekuat-kuatnya. Seketika itu juga gigi retsliting lepas dari relnya. Aku tidak tahu apa sebabnya. Apakah aku yang terlalu kuat menariknya atau jaket yang kukenakan ini….
Tiba-tiba aku teringat kata-kata si pramuniaga toko ketika ia memajang sebuah jaket yang tampak begitu sempurna.
“Jaket ini terbuat dari kulit kualitas nomor satu. Kulitnya halus, kencang dan gemerlap. Tidak berserat, retas atau kerut. Jahitannya rapi sampai ke pelipit. Bagian sebelah dalam dilapisi wol tipis sehingga menghangatkan.”
Hm…, jaket kualitas satu…. Artinya ada jaket kualitas dua, kualitas tiga….  Lalu jaket yang kukenakan ini termasuk katagori kualitas ke berapa ya? Atau sama sekali tidak berkualitas…?
Aku sudah lupa kapan dan dimana aku mulai mengenakan jaket bulukan ini. Tetapi yang pasti jaketku bukan dari toko, plaza apalagi butik. Aku mendapatkannya dari seorang perempuan tua pedagang kaki lima—seperti diriku.
Ketika itu kami sama-sama berjualan di trotoar Zhongzhan Beilu. Perempuan tua itu bertubuh pendek, gempal dengan banyak bercak di wajahnya. Ia memakai sweater dekil yang benang-benangnya sudah banyak terlepas. Ia jarang sekali mengajakku bercakap apalagi berbasa-basi menawariku bakpao hangat. Ia hanya bertanya satu kali “siapa namamu?”
“Qiu Shui Yi,” jawabku sambil mengamati betapa giatnya ia menawari para pejalan kaki yang lewat.
Ia menjual jaket-jaket. Ada yang terbuat dari jeans, kaos, katun tipis atau kulit sintetis.  Ada yang panjangnya sampai selutut, sepinggang atau cuma menggantung di dada.  Model dan warnanya juga bermacam-macam. Menurutnya, jaket-jaket itu semua baru. Dijualnya dengan murah, hanya 15 RMB [1] karena ada diskon besar dari perusahaan garmen.
Bah! Dipikirnya aku bisa dibohongi dengan mudah?
Aku tahu jaket-jaket itu adalah stok lama yang sudah ketinggalan model. Itu barang yang sudah tidak laku dijual di toko. Parahnya lagi, warnanya sudah luntur dan baunya apek. Banyak calon pembeli yang mengeryitkan kening ketika membolak balik jaket yang mereka pilih. Mereka menemukan kancingnya yang lepas, lubang di lengannya, kerahnya yang sobek, dan banyak cacat ini itu sehingga mereka batal membelinya.
Ia ulet sekali merayu calon pembeli. Ia tidak hanya memuji-muji barang jualannya saja, tetapi ia juga setengah merengek sekaligus setengah memaksa. Bahkan kadang-kadang ia mengejar pembeli yang sudah menjauh. Bila kebetulan kami bertemu pandang, ia segera melengos seakan-akan aku kuman menular yang menjijikkan.
Sebagai sesama pedagang kaki lima, aku merasa lebih berkelas dibanding penjual jaket loakan itu. Sebab aku tidak menjual barang bekas. Aku menjual gantungan kunci dan gantungan handphonedengan berbagai macam bentuk yang lucu dan menggemaskan. Ada bentuk mickey mouse, pucha, amor, teddy bear, peluit, pengantin Cina, dan lainnya.
Para pembeliku kebanyakan gadis-gadis muda dengan penampilan trendi. Saat musim panas mereka lalu lalang dengan mengenakan rok mini, stoking jala laba-laba, sepatu boot pendek, tank top yang ditutupi jaket pendek penuh rantai-rantai yang bergelantungan. Ketika  musim dingin mereka hilir mudik dengan memakai celanalegging ketat, rok berimpel, sepatu boot setinggi lutut dan syal yang berjuntai di tengah jaket panjang. Aku berharap suatu saat aku juga bisa tampil secantik mereka.
Zhongzhan Beilu adalah sebuah jalan protokol di Quanzhou. Di sepanjang jalan ini banyak butik yang memajang pakaian pengantin. Ada pakaian pengantin ala Cina dengan model kerah Shanghai yang menutupi leher, berwarna merah dengan belahan rok samping sampai ke atas paha. Ada juga berbagai macam model baju pengantin Eropa berwarna putih gading, bahu terbuka dengan bagian bawah yang mekar bertumpuk-tumpuk. Butik itu menamai koleksi gaun pengantin untuk musim dingin kali ini The Winter Bride. Di emperan butik itulah aku meletakkan meja kecil untuk menata jualanku.
Tetapi pada suatu malam ketika lampu-lampu toko di sepanjang Zhongzhan Beilu belum dipadamkan, tiba-tiba serombongan polisi menyisir trotoar dari ujung terminal. Segerombolan pengemis dan orang-orang yang pura-pura mengemis, pemulung dan orang-orang yang pura-pura memulung, pencopet yang belum atau sedang sungguh-sungguh mencopet langsung bubar dengan menggerutu.
Biasanya mereka berkumpul dan mengorek-ngorek tong sampah mengambil sisa burger dan soft drink. Kalau ada mangkuk mie instan bekas, mereka pergunakan untuk menyeruput teh panas atau kuah mie. Kemudian mereka merokok sambil menghitung pendapatan mereka. Bila lewat tengah malam, barulah mereka mengambil plastik dan kardus untuk dipakai alas tidur.
Rupanya para polisi tidak hanya menangkapi pengemis, pencopet dan pemulung yang menjajah Zhongzhan Beilu dengan merdeka. Mereka juga mengobrak-abrik pedagang kaki lima, sudah tentu termasuk diriku. Mereka bergerak secepat angin puting beliung menggulung semua yang tercecer di trotoar. Tetapi jangan pernah ada yang meremehkan pedagang kaki lima. Kami mirip para triad yang mempunyai kemampuan mengendus kemana arah angin bertiup.
Tanpa perlu dikomando, aku segera meraup barang-barang daganganku. Tanganku sudah terlatih seperti tangan pesulap. Hanya dalam hitungan detik, gantungan-gantungan kunci dan handphoneyang tidak seberapa banyak itu sudah aman berada di dalam kantung plastik kecil. Meja kecil yang kupergunakan untuk menata barang dagangan kudekap bagaikan memeluk lelakiku. Punggungku disergap dingin ketika menempel di etalase The Winter Bride.
Pada saat itu ada sesuatu melayang menutupi kepalaku. “Kau bawa dulu!” aku hanya mendengar suara perempuan tua penjual jaket itu.
Ketika aku berhasil melepaskan diri dari timpukannya barulah kusadari bahwa ia melemparkan sebuah jaket bulukan kepadaku.
“Ingat, besok kembalikan padaku!” perintahnya sambil menyelamatkan seluruh harta bendanya. Ia menarik dua kardus besar yang belum sepenuhnya tertutup dengan rapi. Banyak lengan jaket yang masih bergelantungan di bibir kardus, berjuntai seperti mengepel trotoar.
Tetapi besok, lusa dan hari-hari selanjutnya kami tidak pernah bertemu lagi. Sebab di sepanjang Zhongzhan Beilu, polisi rajin mondar mandir seperti setrika merapikan trotoar dari pengemis, pemulung, pencopet dan pedagang kaki lima. Sejak itu maka jaket bulukan ini kukenakan. Memang jaket  ini tidak lebih bagus dari kain pel tetapi lumayan juga untuk menahan gempuran angin yang menabrak dada.
Lalu pindahlah aku ke jalan di sebelah Zhongzhan Beilu, yaitu: Dong Jie Lu. Sepanjang jalan ini ada toko-toko kecil, depot mie, bank, hotel, rumah teh, juga pangkalan angkatan laut. Sebuah kios pulsa, toko handphone dan rombong jagung rebus ada di tikungannya. Aku menggelar daganganku di pinggir sebuah toko pakaian besar yang menjual berbagai macam pakaian laki-laki dan perempuan. Kaca etalasenya lebar. Di sana berdirilah banyak manekin dengan pakaian-pakaian model terbaru.
Aku naksir sebuah jaket berkerah tinggi. Kerahnya terbuat dari bulu lembut bagaikan ekor musang yang meliliti leher. Aku jatuh cinta pada jaket itu pada pandangan pertama. Jaket itu tampak jinak, tidak mematikan.
Pada bagian depan ada empat kancing besar seperti jas para pajabat saat mereka disorot kamera televisi. Warnanya bukan shocking pink, atau putih suram yang mudah menampakkan kotor, juga bukan hitam gelap seperti pada saat lampu-lampu toko dipadamkan. Warna jaket itu coklat maroon, necis dan elegan. Warna yang selalu mengingatkanku pada saat-saat perpindahan musim. Aku sempat melirik bandrol harga yang ditautkan di belakang kerah. 1.250 RMB.
Sejak dipajang, banyak orang tertarik pada jaket itu. Setiap hari ada saja orang yang melihat, menyentuh, mencoba dan mematut-matut diri dengan mengenakan jaket itu. Dari emperan toko, kupandangi mereka dengan sengit dan perasaan tidak rela. Semakin kupandang, aku kian merasa jaket itu adalah milikku.
Aku bahagia sebab sudah tiga bulan tidak ada seorang pun yang membeli jaket itu. Jaket itu tetap dikenakan si manekin yang berada di balik kaca tebal. Ia berdiri dengan tubuh miring ke belakang, posisi salah satu kakinya tersilang di depan dan berselimut jaket idamanku. Ia mengulum senyum. Aku sirik sekali dengan nasib baiknya!
Kularikan pandangan kepada jalanan yang basah. Dalam hati kusumpahi langit yang sejak pagi membuat jualanku belum ada yang laku satu pun. Sampai malam begini, hujan masih terus membuat orang-orang sibuk mencari tempat berteduh daripada membeli gantungan kunci.
Tiba-tiba seorang perempuan singgah dengan terburu. Ia merapat padaku untuk ikut berteduh di bawah teras toko. Harum jagung rebus menguap dari kantong kecil yang ditentengnya. Ia menepis bulir-bulir yang belum terlalu banyak membasahinya. Bulir-bulir itu menimpaku. Betapa kurang ajarnya dia!
“Hey!” seruku. Aku sedang ingin membuat persoalan.
“Ups! Dui bu qi [2]….” jawabnya dengan logat yang aneh. Aku jadi ingin lebih memperhatikannya.
Rambutnya hitam, tidak kuning seperti surai-surai jagung. Warna kulitnya seperti sari kedelai, tidak putih juga tidak coklat. Bentuk matanya seperti kuaci. Ia mengenakan jaket katun yang dipenuhi gambar.
Gambar-gambar di jaketnya semarak, tetapi aku belum pernah melihat gambar-gambar seperti itu sebelumnya. Seperti gambar kuntum bunga persik, tetapi lebih mirip kelopak awan. Mirip kelopak awan, tetapi lebih menyerupai tanduk menjangan. Serupa tanduk menjangan, tetapi persis sekali ekor phoenix. Persis ekor phoenix tetapi bagaikan …
Ni hao [3]?” ia tersenyum menyapaku karena merasa kuperhatikan.
“Kau bukan orang Cina ya? Kau darimana?” aku tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahuku.
“Indonesia,” sahutnya dengan langgam Mandarin yang terdengar aneh di telingaku.
“Oh, Indonesia….” seruku.
Belakangan ini, aku sering melihat berita Indonesia muncul di televisi. Ini negara yang banyak mengirim orang bekerja ke Hongkong. Dan semalam kudengar ada banjir tsunami, gempa dan gunung merapi yang meletus di sana. Lalu apakah perempuan ini sedang mengungsi ke Quanzhou? Atau ia adalah salah seorang dari perempuan-perempuan Indonesia yang bekerja di Hongkong? Aku menerka dalam hati.
“Iya, aku dari Indonesia,” tegasnya.
Lalu ia nyerocos seperti petasan kampung dengan bahasa Mandarin yang patah-patah. Ia berusaha keras membuatku mengerti apa yang dimaksudkannya dengan mimik wajah yang membuatku teringat pemain opera layar tancap di desaku. Ia kelihatan bersemangat walaupun penontonnya cuma aku seorang.
Diam-diam aku terus memperhatikan jaketnya yang penuh gambar itu. Menurutku, jaket manekin di dalam etalase itu jauh lebih keren. Tetapi entah kenapa jaket yang dipakainya begitu menarik perhatianku. Atau aku sedang terpesona dengan gaya bicaranya?
“Hei, apakah kau menjual gantungan kunci yang bertulis Quanzhou?” tanyanya sambil meneliti gantungan-gantungan kunci di meja kecilku.
Aku langsung bersukacita. Seharian belum ada satu pun gantungan kunci yang terjual. Kusodorkan gantungan kunci berbentuk sepasang boneka pengantin yang berciuman. “Ini bagus, murah dan lucu sekali. Cuma 10 RMB.”
Ia menggeleng-gelengkan kepala.
“Ayolah, sepasang boneka pengantin ini cocok untuk gantungan kunci. Kau satu dan kekasihmu satu. Kalian adalah sepasang yang saling mengunci.” Aku meniru perempuan tua penjual jaket itu pada saat merayu calon pembeli. Aku terkejut dengan kata-kata manis yang terlontar begitu saja. Rupanya pada saat membutuhkan uang, orang bisa berbicara sangat manis.
Ia tetap menggeleng-gelengkan kepala. Tetapi kali ini gelengannya tidak sedashyat gelengannya yang pertama.
“Bagaimana kalau gantungan kunci peluit ini saja?” aku mulai mengeluarkan jurus setengah memaksa. “Pada saat kau merindukan kekasihmu, tiuplah. Begini…,” kutiup peluit kecil itu sampai mengeluarkan suara mendenging.
“Apakah suaranya bisa sampai ke Indonesia?” tanyanya.
“Oh, bisa! Coba saja….”
Ia mengambil sebuah gantungan kunci peluit. Ia mengembangkan dada untuk menghimpun udara sebanyak-banyaknya. Lalu pipinya menggelembung seperti balon. Ia meniup peluit sekuat tenaga.
Bunyi peluit terdengar panjang membelah gerimis. Berkelok di setiap tikungan jalan, berputar di lampu setopan, memantul dari dinding-dingin gedung, menggelinding di trotoar pejalan kaki, mampir sejenak di badan bis kota, kemudian menempel pada biji-biji hujan, diterbangkan angin, menembus awan, langit, laut…
…. bunyinya panjang…, tidak meratap, tidak merintih, tidak meraung. Tetapi melengking. Seperti suara jantung yang diiris dengan pecahan beling. Itu suara kerinduan yang menggelepar sekarat sendirian.
Setelah selesai meniup peluit, ia berkata, “Aku menginap di Golden Star Hotel. Tetapi sudah dua malam aku tidak bisa tidur. Anginnya kencang sekali seperti berteriak-teriak kehausan. Padahal bukankah ia membawa banyak kantung-kantung air? Ia menabrak kaca jendela kamarku sampai berderak-derak. Kamarku di lantai lima. Aku kuatir kalau hotel itu ambruk dan aku terperangkap di dalamnya,” sambungnya dengan ketololan yang tidak tertolong lagi.
Bagaimana tidak? Hotel yang disebutkannya adalah hotel berbintang empat di belokan pertama Dong Jie Lu. Hotel itu berada di depan pangkalan angkatan laut. Logikanya, ia aman dan nyaman menginap di sana.
Tiba-tiba ia bertanya, “Ng…, apakah besok kau ada waktu mengantarku berjalan-jalan? Lusa aku pulang ke Indonesia….” ia setengah bergumam sambil mengangsurkan sebongkol jagung rebus.
Aku tidak mau bergengsi-gengsi lagi untuk menolak tawarannya. Sejak tadi harum jagung rebus itu begitu menggiurkan. Apalagi saat dingin dan basah begini. Aku membutuhkan sesuatu yang bisa menghangatkan kulit dan darahku.
Dui bu qi, besok aku harus berjualan,” ujarku sambil mengerokoti biji-biji jagung, mengunyah ampasnya, memamahnya sampai halus dan sari jagung meluncur, menyumpal dingin di perutku. Sekarang aku merasa jauh lebih baik.
Sebenarnya aku ingin menanyakan berapa ia akan membayarku untuk mengantarnya berkeliling Quanzhou. Tapi kulihat ia tidak berpotongan perempuan kaya. Jika ia perempuan kaya, saat ini ia makan di meja jamuan dengan cucuran red wine. Atau keluar masuk mal sambil menenteng tas belanjaan yang berisi baju dan sepatu bermerk, membeli perhiasan, minum teh sepat panas di tea house,  kemudian memilih gelang giok yang kilau hijaunya berkualitas nomer satu….
Aku mendadak teringat jaket kualitas nomer satu yang dipakai manekin di dalam etalase toko….
“Begini saja, besok antarkan aku dan aku akan membeli semua barang jualanmu…,” kata-katanya membuatku terkesiap.
Ia akan memborong barang daganganku…?! Apakah telingaku tidak salah mendengar? Wow, rejeki nomplok!

***
Tepat seperti dugaanku semula, ia bukan perempuan kaya. Sehari penuh kami berkeliling Quanzhou tapi ia tidak berbelanja apa-apa. Ia  justru membawaku ke tempat yang belum pernah kudatangi. Kami pergi ke komplek kuburan suci di Bukit Ling Zhan.
Di sana ia mencatat dan memotret batu-batu bertitik, bergaris, berlengkung dan berbujur, yang dibaca dari atas ke bawah dan dari kanan ke kiri. Titik, garis, lengkung, bujur yang mengguratkan sejarah perjalanan mulia, yang mencetak  keindahan abad demi abad, yang menuliskan nama manusia di dalam sepetak tanah, yang dibaca manusia lain ketika debu kembali ke abu, yang bila ditarik lebih panjang akan menjadi catatan baru.
Sampai petang datang, barulah kami mengakhiri perjalanan. Gerimis menderas. Angin kian keras menampar dada. Kami terdampar di emperan toko, di depan etalase manekin yang mengenakan jaket kualitas nomor satu. Ia  mengibaskan bulir-bulir yang membasahi tubuhnya. Aku bersidekap melawan dingin.
Lalu aku mengeluarkan kantung plastik yang berisi semua gantungan kunci dan gantungan handphone. Kuserahkan padanya. Seharusnya ia sudah tahu apa yang harus dilakukannya, bukan?
Aku tidak mau berkata apa-apa seperti, “Ini semua barangku, kau berjanji akan membelinya. Untuk siapa saja sihKok banyak sekali? Ini cukup berat loh.”  Kurasa, kata-kata ini itu hanya akan menciptakan suasana sentimental. Bahkan aku kuatir bisa membatalkan niatnya memborong semua jualanku.
Ia mengangsurkan 2.000 RMB. “Ini uang yang kujanjikan kemarin. Xie-xie [4] untuk sepanjang hari yang menyenangkan ini….”
2.000 RMB! Uang yang lebih dari cukup untuk membeli jaket kualitas nomor satu itu…
Tetapi ia tidak mengambil semua barang yang kuserahkan padanya. Ia hanya mengambil sebuah peluit. “Aku hanya ingin peluit ini, peluit kerinduan….” kantung plastik yang masih penuh berisi gantungan kunci dan gantungan handphone dikembalikannya lagi kepadaku.
Aku terkejut, terkesima dan semakin melongo ketika tiba-tiba ia melepaskan jaketnya yang penuh gambar itu. Ia menyorongkannya kepadaku. “Wo song gei ni [5]… Aku tidak punya apa-apa untuk kenang-kenangan. Aku ingin kau mengingatku. Nah, bila kau memakai jaket ini, maka kau akan ingat padaku….”
Aku terperangah karena mendadak rasa sedih menyergapku. Walau pun aku hanya pedagang kaki lima, tetapi aku cukup cerdas untuk mengerti sebuah kalimat perpisahan. Kata-katanya membuat mataku terasa panas. Ada sesuatu hampir tumpah dari sana.
Aku terdiam. Ia pun terdiam.
Aku memandangnya. Ia pun memandangku.
Zai jian [6]….” ia menghela nafas, bangkit dan melambaikan tangan.
“Hei…, tunggu….” aku belum sempat mengucapkan terima kasih. Juga belum sempat menanyakan siapa namanya, apa pekerjaannya, kapan ia akan datang lagi, nomor handphone-nya, atau bagaimana caranya agar kami bisa bertemu lagi….
Tetapi ia sudah menerjang hujan. Bayangannya diterkam malam.
Sedangkan di etalase, si manekin masih mengenakan jaket kualitas nomor satu, masih berdiri miring, masih tersenyum.
Sayup-sayup kudengar lengking peluit. Panjang menjeritkan kerinduan. (*)




Catatan:
[1] RMBRen Ming Bi = mata uang China. 1 RMB setara kurang lebih Rp. 1.300,-
[2] Dui bu qi = maafkan saya
[3] Ni hao? = apa kabar?
[4] Xie-xie = terima kasih
[5] Wo song gei ni = aku memberikan (ini) untukmu
[6] Zai jian = sampai jumpa lagi

Minggu, 11 Desember 2011

menjadi pemenang kehidupan


Energi berfikir positif
            Berfikir positif adalah sifat yang sangat penting untuk kita miliki. Dengan sifat ini pula, kita dapat memperoleh hidup yang nyaman dan juga sesuai dengan apa yang  kita harapkan. Berfikir positif kepada setiap hal berdampak positif pula kepada diri kita.
            Berfikir positif dapat mengubah segala sesuatu menjadi positif. Ini sesuai dengan firmanNYA”aku tergantung prasangkaan hambaku”. Dengan melatih diri kita selalu berfikir positif, kita juga bisa melatih diri kita untuk menjadi lebih baik. Berfikir positif sudah banyak dirasakan manfaatnya oleh orang-orang yang sukses dalam kehidupan mereka. Misalnya pak dahlan iskan, beliau selalu berfikir positif dalam kehidupannya. Ketika proses penggantian livernya, dia selalu optimis untuk sembuh dan selalu berfikir operasi kali ini pasti berhasil. Walaupun sebelum beliau operasi ada kabar di rumah sakit tiongkok  ( tempat operasinya kala itu) pernah ada pasien dari indonesia  yang gagal dalam operasi bergantian organ dalam berupa liver, tapi beliau tetap berfikir positif bahwa dia akan berhasil dan bisa beraktivitas seperti biasanya.
            Alangkah indahnya apabila kita selalu berfikir positif kepada setiap orang. Tidak akan ada permusuhan di dunia ini, Semua akan menjadi teman dan sahabat. Tidak akan ada fitnah dan gibah. Hidup terasa aman dari semua perkataan orang-orang yang selalu berfikir positif.
            Berfikir positif juga bisa menjadi obat bagi kesehatan kita. Misalnya kita ragu terhadap dokter yang akan memeriksa kita, maka nilai kesembuhannya juga akan berkurang. Lain halnya ketika kita sudah yakin pasti sembuh lewat perantara dokter itu, maka nilai kesembuhan di sana akan bertambah.
            Dengan berfikir positif hidup kita akan berubah. Kita bisa membuktikkan itu, mari kita mulai dari diri kita. Berfikir positiflah kepada kehidupan kita, kita bedakan hari sebelum kita berfikir positif dengan hari setelah kita berfikir positif.